TULANGAN (kabarsidoarjo.com)– Menteri BUMN Rini Soemarno, berjanji akan menjaga harga gula berbasis tebu petani.
Hal ini dilontarkan Rini, saat mengunjungi Pabrik Gula Toelangan, Sidoarjo, Selasa (14/4/2015).
”Saya akan benar-benar jaga harga gula ini dengan Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian. Termasuk pengaturan harga gula sedang dibicarakan dengan Mendag dan Mentan. Konsumsi gula rumah tangga ya harus gula petani, bukan gula impor atau rafinasi, karena untuk rumah tangga stok gula kita sebenarnya sudah mencukupi,” ujar Rini.
Rini mengatakan, saat ini pemerintah sedang menyiapkan dua BUMN, yaitu Perum Bulog dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk memiliki bumper stock gula agar harga gula di pasar tetap terjaga.
”Kita belajar dari pengalaman dua tahun terakhir ini di mana harga gula benar-benar turun, kita siapkan Bulog dan PPI untuk jadi bumper stock gula,” ujarnya.
Dia menambahkan, yang penting saat ini adalah bagaimana menjaga petani tetap untung.
Biaya tanam dan budidaya tebu bisa tetap lebih rendah dibanding laba yang dihasilkan petani.
”Biaya tanam tertutupi plus tetap dapat margin. Kalau untung, petani semangat tanam. Ini penting karena tanpa petani, pabrik gula BUMN tidak akan bisa berbuat apa-apa,” tegas Rini.
Rini mengunjungi PG Toelangan, Sidoarjo, untuk melihat kesiapan pabrik dan petani dalam memulai musim giling 2015 yang bakal dimulai pada bulan Mei dan Juni mendatang.
General Manager PG Toelangan Benny Basuki Suryo mengatakan, pihaknya tahun ini siap kembali memproduksi gula secara penuh setelah melakukan serangkaian perbaikan mesin pada tahun lalu.
Kapasitas giling PG Toelangan adalah 1.300 ton tebu per hari.
Tahun ini PG Toelangan menargetkan bisa menggiling 229.000 ton.
Sementara itu Direktur PTPN X M. Sulthon mengatakan, tahun ini PTPN X akan terus fokus melakukan upaya efisiensi, diversifikasi, dan optimalisasi. Tiga strategi itu dipilih untuk meningkatkan kinerja perusahaan di tengah situasi industri pergulaan yang masih penuh tantangan.
Dia mencontohkan harga gula tahun lalu yang turun drastis hingga ke kisaran Rp 8.500 per kilogram, sehingga berpengaruh pada kinerja perusahaan.
Harga gula tahun lalu jauh di bawah tahun-tahun sebelumnya yang sebesar Rp 9.500 per kilogram, bahkan menembus di atas Rp 10.000 per kilogram pada 2012.
”Harga gula merosot lantaran penawaran yang berlebih karena rembesan gula rafinasi ke pasar konsumsi. Gula rafinasi yang berbahan gula mentah impor semestinya untuk pasar industri makanan-minuman, namun kenyataannya masuk ke pasar gula konsumsi sehingga menekan penjualan gula berbahan tebu petani. Kami mendukung pemerintah untuk menertibkan peredaran gula rafinasi,” tegas Sulthon. (Abidin)