MOJOKERTO (kabarsidoarjo.com) – Komunitas Seni Budaya BranGWetan menggelar lokakarya Toleransi untuk Pelajar dan Pemuda, Selasa (26/07/2022). Acara berlangsung di Hotel Arayana, Trawas, Mojokerto ini, diikuti puluhan peserta. Terdiri dari guru dan siswa Sidoarjo, serta organisasi kepemudaan di Sidoarjo.
“Acara ini merupakan bagian dari program Cinta Budaya Cinta Tanah Air ke-2 di tahun 2023,” kata Manager Program Cinta Budaya Cinta Tanah Air, Masrullah.
Rencananya lokakarya akan berlangsung selama tiga hari. Mulai 26-28 Juli 2022.
“Hari pertama diisi tiga narasumber,” tambahnya. Tiga narasumber itu yakni, Pegiat Islam Anti Diskriminasi (JIAD), Aan Anshori mengisi materi tentang toleransi. Ada dari Pakar Gender Jatim, Nadia Bafaqih, mengisi materi Pengalaman Membangun Kesetaraan Gender dalam Keberagaman.
Lalu, dari pejabat Bakesbangpol, Pemkab Sidoarjo, Mustain mengisi Peta Keberagaman dan Potensi Konflik di Sidoarjo.
Di hari pertama, salah satu pemateri, Aan Anshori mengatakan, toleransi merupakan kesediaan menerima seluruh pengalaman hidup. Dan tradisi seseorang berbeda identitas. Memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
“Sederhananya, semakin sering seseorang berjumpa berbeda identitas, berpotensi membentuk diri sendiri bersikap toleran,” katanya.
Dan sebaliknya, lanjut Anshori, sikap intoleran terbentuk jika kurangnya interaksi antar identitas. Juga, jika belum pernah belum merasa memiliki toleransi.
“Kurang interaksi sama halnya dengan hidup homogen. Dikhawatirkan menjdikan seseorang bersikap merasa paling benar. Paling unggul. Menganggap orang lain lebih rendah. Dan sebaganya,” tuturnya.
“Toleransi bukan sekedar saling menghormati. Namun, tetap bersikap menghormati orang lain bersikap intoleran terhadap kita,” sahut, Cindy Debora, salah satu peserta yang juga pernah menjuarai Duta Toleransi tingkat SMA di Sidoarjo.
Sementara itu, pemateri kedua, Nadia Bafaqih menekankan pentingnya pelajar dan pemuda terlibat aktif mewarnai, hubungan relasi-relasi keagamaan dan sosial. Tujuannya, ikut memutus ketimpangan dan ketidaksejajaran gender.
“Sangat penting bagi pelajar dan pemuda dapat membumikan nilai-nilai kesetaraan gender dengan strategi penuh damai tanpa diskriminasi,” harap Nadia selaku pemateri tentang Pengalaman Membangun Kesetaraan Gender dalam Keberagaman. (Eko Setyawan)