
SIDOARJO- Datangnya musim kemarau yang diperkirakan panjang tahun ini, sedikit banyak membuat petai garam Sidoarjo ketir ketir. Pasalnya, semakin panjang musim kemarau maka penjualan harga garam akan semakin murah.
Hal itu dikemukakan H. Khulaim Djunaidi, Ketua Pak Bayan (Paguyuban Petani Tambak dan Nelayan) Sidoarjo. Menurutnya, pada musim musim inilah para petani garam mulai memroduksi garam. Sehingga dalam beberapa waktu ke depan, dipastikan hasil garam akan membludak di pasaran.
”Tapi kondisi ini ternyata kurang diantisipasi pemerintah. Hasil garam yang membludak, baik di lahan garam maupun di pasaran, membuat para tengkulak leluasa mempermainkan harganya. Sehingga petani sangat dirugikan,” tambahnya.
Untuk kondisi normal, harga garam biasanya sebesar Rp 400 per kilogram, atau sebesar Rp 25 ribu per zak. Tapi jika jumlah garam menggunung di pasaran, harganya ternyata berbanding terbalik, atau cenderung mengalami penurunan. Bahkan klimaksnya, harganya acapkali mencapai Rp 100 per kilogram.
”Dengan harga sebesar itu (Rp 100 per kilogram, red) petani tidak mendapat keuntungan apa-apa. Karena hanya cukup untuk menutup biaya pembelian zak dan transportasi,” beber lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PAN Sidoarjo tersebut.
Kondisi itu menurut Khulaim, tak mampu dihindarkan para petani. Lantaran mereka kesulitan menjual hasil garamnya ke pihak lain. Meski, sejumlah perusahaan di Sidoarjo seperti PT. Tjiwi Kimia dan PT. Industri Soda Indonesia sebenarnya butuh garam sebagai salah satu bahan produksinya. Namun ternyata, kondisi itu tak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh Pemkab Sidoarjo, khususnya pihak Disperindag.
”Bahkan saya dengar, perusahaan-perusahaan itu malah mendatangkan garam impor dari luar negeri,” terang Khulaim.
Ditambahkan lelaki yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Sidoarjo tersebut, nasib getir itu sudah sekitar lima tahun terakhir dialami para petani garam. Sebelumnya ada upaya pemerintah untuk menstabilkan harga garam dengan membelinya dari petani, melalui PN. Garam dan PT. Garam.
”Tapi sejak sekitar lima tahun terakhir, kebijakan itu sudah tidak ada lagi. Karena itu, saya minta agar pemerintah, terutama Pemkab Sidoarjo, lebih memperhatikan nasib para petani garam,” pungkasnya.
garam akan semakin turut Pemkab Sidoarjo diminta lebih memperhatikan kehidupan para petani garam di Sidoarjo. Sebab selama ini, nasib para petani tersebut terkesan kurang dipedulikan. Kondisi itu membuat para petani menjadi bulan-bulanan para tengkulak yang mempermainkan harga garam.
“Kami meminta Pemkab Sidoarjo lebih mempedulikan nasib para petani garam,” ujar nya.(abidin)














