SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Gempa dengan kekuatan 8, 9 skala richter (SR) yang memicu tsunami setinggi sekitar 10 meter di Jepang, membuat panik dua keluarga di Sidoarjo.
Salah satunya yang dialami keluarga Damiyati (44), warga Siwalanpanji RT02 RW01 Kec. Buduran, yang putra pertamanya bernama Khoirul Mujiatin (23) bekerja di kota Ibaraki Tokiyo Jepang.

“Saya hawatir, pasalnya tempat apartemen anak saya tinggal itu, dekat dengan kilang minyak yang meledak. Hanya sekitar 10 meter, “ tutur Damiyati.
Ketika gempa dan gelombang tsunami menerjang Jepang tadi malam, Damiyati panik gemeter dan hawatir dan langsung menghubungi Siti Mundiyah (24), tante Khoirul, untuk mengetahui kabar putranya tersebut.
Namun setelah Khoirul memberi kabar bahwa dirinya sehat dan tidak terjadi apa- apa, Damiyati akhirnya sedikit lega.
Damiyati menceritakan, terakhir kali anaknya yang bekerja disalah satu perusahaan kapal perang di Jepang memberi kabar dengan menelepon Siti Mundiyah bahwa dirinya sedang berada diapartemen saat gempa dan gelombang tsunami terjadi yang mengakibatkan salah satu kilang minyak meledak.
“Saat kilang inyak itu meledak, terlihat seperti ada matahari dimalam hari, “ kata Damiyati menceritakan kejadian yang menimpa anaknya.
Khoirul sendiri sudah bekerja di Kota Ibaraki Jepang sejak 1,5 tahun yang lalu.
Khoirul lulusan STM PAL Jenggolo Kec. Buduran pada tahun 2005.
Khoirul bekerja di jepang karena mendapatkan rekomendasi dari sekolahnya untuk bekerja di PT PAL Surabaya dan dikirim ke Jepang.
Kepanikan juga melanda Nurlayli Lia Arini (33) warga SRT 3/RW 1 Siwalanpanji, Buduran, yang suaminya bernama Januri (34), juga bekerja di Nigata, Jepang.
“Setelah ada berita gempa terjadi, saya langsung menghubungi suami dengan mengirim pesan melalui facebook, apakah disana baik- baik saja,” ucapnya pada Sabtu (10/03/2011).
Nurlayli baru tenang, setelah mengetahui kalau Tsunami tidak sampai ke Nigata. Tetapi dirinya tetap was-was dan nggak bisa tidur, apalagi saat ini belum tahu kondisi terakhir seperti apa.
Junaidi sendiri sudah bekerja di Nigata selama 3 tahun. Dulunya, dia bekerja di PT PAL Surabaya .
“Suami saya sering mengabarkan kalau sering terjadi gempa di negara itu. Bahkan, penduduk Jepang sudah terbiasa dengan guncangan gempa.(Arip)