SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Pemberlakuan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)sejak 1 januari 2010 lalu, sedikit banyak memberikan dampak positif dan negative terhadap keberlangsungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)di Sidoarjo.
Untuk itu, sebagai langkah antisipasi dampak ACFTA terhadap keberlangsungan UMKM di Sidoarjo, pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui bagian perekonomian dan Admisntrasi, melakukan kajian dampak pemberlakukan ACFTA khususnya di Sidoarjo.

“Kajian ini kita lakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak ACFTA terhadap keberlangsungan UMKM di Sidoarjo,” terang Fenny Apridawati Kabag Perekonomian dan Sum ber Daya alam Setda Kabupaten Sidoarjo, Senin (27/11/2011).
Dari hasil kajian tersebut,diketahui ada dua dampak yang mesti dihadapi UMKM Sidoarjo dalam pemberlakukan ACFTA yang ada.
“Untuk dampak positif, penerapan ACFTA ini memberikan peluang ekspor dari karya UMKM di Sidoarjo, sedangkan dampak negatifnya, ACFTA ini akan menimbulkan persaingan ketat pada kwalitas barang yang dihasilkan oleh UMKM di Sidoarjo.” Ujar Fenny lagi.
Drs Maksum Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sidoarjo menuturkan, agar keberadaan UMKM di Sidoarjo tetap berlangsung, pihaknya akan memberikan berbagai kemudahaan baik itu bantuan permodalan maupun pinjaman modal dengan bungan lunak.
“Kita terus mensuport UMKM di Sidoarjo agar bisa terus bersaing dengan barang dari Cina,” ujar Maksum.
Masuknya berbagai produk Negeri Tirai Bambu atas pemberlakuakn ACFTA itu, sedikit banyak membuat produk-produk Tanggulangin semakin sulit bersaing, terutama dari sisi harga.
Aneka jenis sepatu dan tas dari China yang kebanyakan berbahan baku imitasi, harganya jauh lebih murah ketimbang produkproduk buatan perajin Tanggulangin.
Sebagai gambaran, aneka tas tangan perempuan buatan China dibanderol 20 ribu hingga 60 ribu rupiah per buah.
Sedangkan produkproduk tas di Tanggulangin, masih mengandalkan bahan baku kulit asli dan imitasi dengan komposisi 40 berbanding 60.
“Omzet kami mulai awal 2011 sampai sekarang secara umum menurun lebih dari 50 persen. Sekitar 30 persen penurunan omzet disebabkan serbuan produk-produk China, sementara sisanya karena faktor lain,” ujar Ketua Asosiasi Perajin Tas dan Sepatu Tanggulangin (APETTA), Khoirun Anwar. (Abidin)