SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Bau menyengat akibat belum maksimalnya operasional Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Potong Hewan (RPH) Krian, mendapat kritikan keras dari komisi B DPRD Sidoarjo.
Bahkan ketua komisi B DPRD Sidoarjo M.Agil Effendi meragukan kemampuan Dinas Pertanian Sidoarjo untuk mengatasi persoalan ini.

Indikasinya, Dinas di bawah komando Ir Handayani terkesan membiarkan pencemaran lingkungan dari bau limbah hewan potong di RPH ini.
“Baunya sangat menyengat hidung dan menjadikan masyarakat sekitar tidak nyaman lagi. Namun Dinas seakan tetap mempertahankan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) tetap berada di tengah lingkungan masyarakat,” terang Agil.
Masih menurut Agil. target pendapatan RPH Krian nyang dipatok sebesar Rp 1,4 miliar, menjadi tidak seimbang kalau mengorbankan kepentingan masyarakat.
“Jangan karena besarnya retribusi yang diperoleh dari pengelolaan RPH, lalu mengabaikan kenyamanan masyarakat,” terang Agil lagi.
Agil juga menambahkan, saat komisi B melakukan study banding ke Samarinda dan melihat pengolahan RPH di sana, ada rasa heran karena RPH Samarinda dibangun di atas tanah 25 hektar, dengan hanya mengelola 30 ekor sapi / hari.
“Lokasinya juga jauh dari pemukiman, system pengolahan limbahnya juga terpadu sehingga tidak menimbulkan bau menusuk hidung. Dan ini berbeda dengan RPH Krian, Sidoarjo yang menyembelih 100 ekor sapi/hari, hanya berada di atas tanah 1 hektar saja,” cetusnya.
Untuk itu, komisi B DPRD Sidoarjo menganggap perlu ada relokasi RPH yang jauh dari pemukiman, atau setidaknya perlu dipikirkan membuat IPAL baru untuk menekan bau limbah.
Apalagi RPH Krian bertetangga dengan pengolahan air PDAM yang memproduksi air bersih.
“Kita menginginkan ada terobosan SKPD untuk berbuat sesuatu yang menguntungkan masyarakat,” tandasnya.(Abidin)