SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)– Monumen kampung batik yang berdiri di sisi selatan gedung Sidoarjo Plasa Jl Gajah Mada, kondisinya saat ini sangat tidak terawat.
Air kolam di dalam monumen yang mestinya bersih, terkesan dibiarkan hingga berubah menjadi hijau seperti air kali bercampur lumut.

Tidak hanya itu, beberapa kotoran sampah plastik juga terlihat mengapung di atas ir, hingga menimbulkan kesan menjijikkan.
Padahal, biaya pembangunan monumen kampung batik itu, menelan anggaran senilai Rp 1,4 miliar.
Terlebih, saat awal pembangunan dulu, Proyek yang dibangun dan didanai PU Cipta Karya Pemprov Jatim itu menyedot banyak perhatian orang.
Selain mengaburkan keberadaan kampung batik yang ada di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sidoarjo juga mempersempit jalan menuju akses ke Pekauman.
Pasalnya, sejak dibangun monumen di Kelurahan Pekauman, warga setempat yang memiliki mobil harus memutar lewat Pandean (Jl KH Mukmin).
Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo M.Syafiq, keberadaan monumen batik itu merupakan tanggung jawab Propinsi.
Pihaknya sama sekali tidak bersinggungan langsung dengan keberadaan monumen itu.
“Saya tidak bertanggung jawab terhadap monumen itu,” terang Syafiq.
Sementara itu warga Pekauman menilai, pembangunan monumen Kampung Batik Sidoarjo salah sasaran dan proyek itu asal temple saja.
Padahal lokasi kampung batik berada di Kelurahan Jetis sedangkan kampung Pekauman memang bersebelahan hanya dibatasi sungai. (Abidin)