BUDURAN (kabarsidoarjo.com)-Ratusan warga dan santri dari Pondok Pesantren yang ada di Desa Siwalan Panji Kecamatan Buduran, membubarkan aktivitas dari Jama’ah Majelis Tafsir Al-Qur’an di Jln. Raya Lingkar Timur Desa Siwalan Panji. Sabtu (26/10/2013) sore.

Menurut informasi yang didapat, kedatang Ratusan warga dan santri itu tidak ada yang mengkomando, mereka menuju sekertariat MTA atas keresahan warga kepada MTA yang dianggap aqidahnya tidak sesuai dengan ajaran islam yang dianut oleh warga Siwalan Panji.
Awalnya, massa tersebut hanya menghalang-halangi jama’ah MTA yang akan melakukan kegiatan di sekertariat mereka , namun situasi berubah memanas dan tegang ketika ketua MTA Sidoarjo Agus Suprianto datan ke lokasi dan melakukan negosiasi kepada perangkat desa.
Tak ayal, massa yang berang dengan upaya negosiasi yang dilakukan Agus, langsung melakukan penyerangan sekertariat MTA sehingga terjadi keributan dan sempat terjadi baku hantam antara ketua MTA Sidoarjo dengan massa.
Polisi dari Polsek Buduran dan Polres Sidoarjo serta dari Koramil Buduran yang berjaga ditempat itu langsung meredam amukan massa, sehingga situasi yang tegang itu cepat bisa diredam. Dari kejadian tersebut, Jama’ah MTA langsung meninggal lokasi.
Tokoh Masyarakat Desa Siwalan Panji yang berada di lokasi menuturkan, pihaknya bersama warga ini sudah berang dengan aktifitas yang dilakukan MTA.
“Aqidah yang diajarkan oleh MTA bersimpangan dengan Aqidah warga siwalan panji. Dan kami tidak menghendaki MTA beraktifitas disini ” tutur Bahrul Ulum.
Bahrul juga menegaskan, datangnya warga ini tidak ada yang mengkomando.
“Gerakan ini adalah murni dari warga sendiri, tidak ada unsur tendensi apapun kecuali warga yang resah dengan adanya MTA di Desa Siwalan Panji ini ” tegasnya
Saat ditanya terkait tidak setujunya warga Siwalan Panji dengan kegiatan MTA Bahrul menjawab , perbedaan aqidah dan adanya beberapa ajaran yang menyimpang dalam MTA.
“Ajaran mereka ini ada beberapa point yang dinilai menyimpang, dan di jawa tengah pusat dari MTA juga sedang berpolemik. Seperti mereka menghalalkan Anjing untuk dimakan dan mengatakan tidak ada safaat nabi muhammad saat kiamat kelak” jawabnya.
Bahrul kembali menegaskan, sebelum kejadian hari ini, pihak desa bersama tokoh masyarakat sudah memberikan peringatan agar MTA tidak beraktifitas lagi dan sudah dibuatkan perjanjian.
“Tapi MTA masih saja beraktifitas , dan ini sudah melanggar perjanjian. ” Tukasnya.
Sementar itu, polisi langsung memasang police line di sekertariat MTA Sidoarjo dan berusaha membubarkan massa dengan meminta bantua dari tokoh masyarakat serta para Kyiai dari Pondok pesantren.(Bagus)