SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Alvara Research Center (ARC) salah satu lembaga survey independent, melakukan survei untuk mengukur popularitas dan elektabilitas para tokoh potensial, di Pilkada Sidoarjo 2020.
Hasilnya, Ahmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor) menempati posisi pertama pada aspek popularitas, dengan tingkat pengenalan publik 69,1 persen.
Kemudian disusul Kelana Aprilianto dengan pengenalan 49,9 persen; Bambang Haryo 29 persen; dan Nur Ahmad Syaifuddin 20 persen.
Adapun Hidar Assegaf sebesar 14,3 persen; Ahmad Amir Aslichin 10,9 persen; dan Bahrul Amig 10,5 persen. Popularitas tokoh-tokoh lainnya di bawah 10 persen.
Pada aspek elektabilitas (keterpilihan) jika Pilkada dilakukan hari ini, Muhdlor masih yang tertinggi dengan 38,7 persen.
Selisih elektabilitas Muhdlor dengan pesaing terdekatnya cukup jauh, yaitu Kelana 10,5 persen.
Elektabilitas kandidat lainnya belum ada yang melampaui 10 persen, seperti Nur 6,4 persen, Bambang 4,4 persen, dan Achmad Amir Aslichin 1,9 persen. Nama-nama lain masih di bawah itu.
Adapun yang belum memutuskan 26,0 persen.
”Hasil survei ini menunjukkan efektivitas kerja masing-masing kandidat. Muhdlor unggul karena kerja masif di tingkat akar rumput dan ketepatan isu yang diusung. Dari hasil wawancara ke responden, belum ada gerak lapangan yang semasif Muhdlor. Kandidat lain lebih bersifat sporadis dan hanya mengandalkan baliho,” ujar CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali.
Masih menurut Hasanudin Ali, jika nama-nama kandidat dikerucutkan menjadi empat nama, diperoleh elektabilitas tertinggi, yaitu Muhdlor 39,7 persen; Kelana 11,5 persen; Nur 7,1 persen; dan Bambang 4,7 persen.
”Muhdlor cukup mendominasi pada semua aspek perilaku pemilih. Keunggulannya tersebar cukup merata di semua daerah pemilihan. Rentang popularitas dan elektabilitas Muhdlor juga relatif lebih bagus dibanding kandidat lainnya. Artinya, jika popularitas Muhdlor naik, maka elektabilitasnya juga semakin tinggi,” ujar Hasanuddin Ali.
Hasanuddin menjelaskan, tingkat popularitas dan elektabilitas para kandidat relatif berbanding lurus, kecuali pada Nur Ahmad dan Bambang Haryo. Meski popularitas Bambang lebih tinggi dibanding Nur, elektabilitas Nur ternyata mengungguli Bambang.
Meski demikian, Hasanuddin menggarisbawahi, semua kandidat masih memiliki ruang untuk meningkatkan popularitas-elektabilitasnya, mengingat ada waktu sekitar 7 bulan hingga Pilkada.
Jika ingin mengejar Muhdlor, kandidat lain harus semakin intens turun ke lapangan.
”Semua kemungkinan masih terbuka, bergantung pada kecermatan komunikasi publik, kekuatan jaringan, dan seberapa intens menggarap akar rumput,” ujar Hasanuddin. (Abidin)