Sidoarjo, (kabarsidoarjo.com) – Ketua TP PKK Sidoarjo, sekaligus Ketua Dekranasda Sidoarjo, Saadah Ahmad Muhdlor, menerima kunjungan Study Tiru Kelompok Usaha/UMKM Binaan Dekranasda, dari Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin, (23/05/2022), di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo.
Dalam sambutannya, Ning Sasha, sapaan Saadah Muhdlor, menyampaikan kebanggaan tersendiri bagi Sidoarjo. Kedatangan tamu dari suatu daerah yang telah dikenal sebagai penghasil kain tenun itu.
Sidoarjo sendiri cukup dikenal dengan industri kecil menengahnya (UMKM). Sebagai kota wisata industri, banyak pelaku UMKM makanan dan minuman, serta pengrajin yang dikelola Dekranasda.
“Selain kota wisata industri, UMKM. Ikon Sidoarjo juga tercermin dari pengrajinnya. Dekranasda telah melakukan pengelompokan pengrajin sebagai ikon Sidoarjo. Ada enam. Yaitu, pengrajin kulit, aksesoris, pengrajin tekstil (batik tulis, ecoprint, jumputan), dan pengrajin pendekor (kayu, lukisan, dan kaca pirex),” katanya, Senin (23/5/20222).
Saat ini, lanjut dia, pemerintah melalui Dekranasda memfokuskan kegiatan digitalisasi yang dimulai dari Maret 2022. Mengajak pengusaha kecil ini, membuat video konten, sebagai aset digital yang tidak lekang oleh waktu, dan selalu terkenang.
“Diharapkan, semua pengrajin harus mengenal pemasaran secara digital. Edukasi khusus tentang proses pemasaran secara digital, video produk. Dan targetnya ada 100 pelaku UMKM bisa menggunakan pemasaran digital ini, guna membantu pemasaran produknya,” ujarnya.
Menurut dia, untuk mengembangkan daya saing UMKM di Sidoarjo, perlu melibatkan dalam kegiatan pemerintah apa-pun. Sebagai sarana UMKM dalam pengenalan produknya. Pelaku UMKM yang belum mengenal pemasaran secara digital.
Diketahui, kunjungan rombongan TP PKK dan Dekransda Kabupaten Sabu Raijua tersebut, diikuti 22 orang. Ketua TP PKK sekaligus Ketua Dekransda, Ny Marthina Rihi Heke-Raga Lay, memperkenalkan potensi daerahnya berupa tambak garam. Wisata pesona laut, kampung adat, dan lainnya di NTT.
Dan untuk hasil pertanian memiliki olahan daun kelor, kelapa dan juga lontar. Bahkan, sebagian besar penduduk bergantung pada nira lontar yang bisa diolah menjadi gula dan makanan yang bernilai gizi.
Dari potensi yang ada itu, pihaknya terpacu mengembangkan lebih baik lagi. Oleh itu dilakukan Study Tiru ke Sidoarjo ini. Melakukan sharing akan teknologi tepat guna yang dapat diadopsi. Karena, UKM yang ada belum seberapa banyak.
“Dalam 10 tahun terakhir. Kami melatih kelompok masyarakat dengan keterampilan yang kami punya. Tapi, hanya terbatas pada promosi. Belum ada yang bisa dijual keluar seperti yang sudah dilakukan oleh Sidoarjo,” kata Ny Marthina Rihi Heke-Raga Lay.
“Beberapa hari ini kami melalukan Study Tiru ini. Diharapkan, mendapatkan pengetahuan dengan teknologi. Sehingga kami mendapat pengetahuan yang dapat kami terapkan dengan menyesuaikan potensi yang ada di daerah kami,” ujarnya.
Dekranasda sedang mengembangkan Teknologi Tenun Ikat, lanjut dia. Ada 100 pengerajin yang akan mendapat bantuan pemerintah, mengembangkan usahanya tersebut.
“Di sini juga belajar memadukan warna. Karena teknologi tenun ikat lebih didominasi warna hitam dan motif saja. Ketua TP.PKK Provinsi minta agar lebih mengembangkan padupadan warnanya, tanpa menghilangkan ciri khas daerah,” pugkasnya.
Usai menerima kunjungan, pemerintah Sidoarjo mengajak para rombongan berkunjung ke sentra kerajinan di Sidoarjo. Di antaranya, berkunjung ke Rumah Accessories Bu Kris, di Perum Bumi Citra Fajar, dilanjutkan mengunjungi Olahan Aloevera (Mykoki), Tissoe (Handicraft Tas Rajut, Ecoprint (Tenun), Sambal Tuman (olahan Ikan), serta yang terakhir UMKM Mory. (Eko Setyawan)