SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)-
Bambang Haryo Soekartono – Taufiqulbar
Paslon yang diusung kekuatan lima partai yakni Gerindra (7 kursi), Golkar (4 kursi) PKS (4 kursi) , Demokrat (2 kursi) dan PPP (1 kursi), nampaknya cukup percaya diri bertarung di Pilkada Sidoarjo 2020 ini.
Bagimana tidak, dengan bekal 18 kursi gabungan lima partai diatas, BHS-Taufiqulbar berani mematok perolehan suara 60 persen bahkan 70 persen menang di Pilkada 9 Desember 2020 nanti.
Namun perlu diingat, tingkat perolehan suara kedua politisi pada Pilleg 2019 lalu ini, nampaknya tidak begitu bagus dan gagal mendapat dukungan massa untuk jadi wakil rakyat.
Dari data yang ada, Bambang Haryo Soekartono pada Pilleg 2019 lalu hanya meraup 18.446 suara untuk Dapil Sidoarjo, dan terlempar dari perebutan kursi DPR RI.
Bahkan saking tidak puasnya, BHS mesti melakukan gugatan ke MK dan kembali kandas.
Begitu juga yang dialami M.Taufiqulbar.
Caleg PBB ini hanya meraup perolehan 2.213 suara saja.
Tentu saja perolehan suara ini, tidak hanya gagal mempertahankan kursinya sebagai anggota dewan, Taufiqulbar malah tidak menyentuh nilai separuh kursi di Dapil Sidoarjo 1 (Sidoarjo, Sedati, Buduran).
Dengan pengalaman gagalnya kedua Paslon di Pilleg 2020 ini, lontaran perolehan suara 60 persen bahkan 70 persen suara di Pilkada 2020 nampaknya perlu dibuktikan dengan kerja sangat keras dan cerdas.
Mengaca pada perolehan suara Pemilukada tahun 2015, dimana pasangan Saiful Ilah-Nur Ahmad Syaifuddin yang cukup kuat dan diusung PKB sendiri dengan 13 kursi, hanya meraih 58.97 persen suara atau 424.611 ribu suara.
Sedangkan seluruh partai diluar PKB jika digabungkan waktu itu, hanya meraih 41,3 persen suara.
Apakah target 60 persen bahkan 70 persen perolehan suara BHS-Taufiqulbar bisa diwujudkan? atau hanya untuk menggemberikan suasa pendaftaran kedua Paslon saja?.
Tentu saja, apapun mimpi paslon ini, pilkada harus benar benar sukses tanpa celah, seperti ajakan mereka agar Pilkada Sidoarjo digelar dengan riang gembira.
Kelana Aprilianto – Dwi Astutik
Pasangan yang diusung PDIP – PAN ini, secara hitung-hitungan kursi, memiliki jumlah paling sedikit yakni 14 kursi di parlemen Sidoarjo.
Dari sejarah perjalanan Pemilukada sejak reformasi, pasangan yang diusung dua partai ini, belum sekalipun sukses menghantar Paslonnya ke Pendopo.
Namun itu sejarah dua puluh tahun lalu.
Sekarang, peluang itu terbuka lebar, pasca tidak ada Cabup sekaliber H.Saiful Ilah yang turut bertarung di Pilkada Sidoarjo.
Kekuatan PDIP yang memiliki konstituen yang militan hingga akar rumpun,
disokong dengan kekuatan PAN yang sudah menjadi partai terbuka, sudah cukup untuk menjelma menjadi kekuatan mumpuni memenangkan Pilkada Sidoarjo 2020.
Apalagi Bacabup Dwi Astutik yang digandeng Kelana Aprilianto, merupakan tokoh Muslimat yang siap menghimpun kekuatan perempuan NU Sidoarjo.
Dwi Astutik juga merupakan Calon Kepala daerah perempuan satu-satunya, yang bisa saja menjadi daya tarik tersendiri bagi ibu-ibu atau emak-emak di kota Delta.
Kelana Aprilianto sendiri, memang tidak begitu dikenal di Kabupaten Sidoarjo.
Kiprahnya juga tidak begitu ada, karena lebih banyak berkecimpung sebagai pengusaha.
Kelana Aprilianto sendiri, mulai ikut mewarnai panggung politik sejak 2013 lalu, ketika ia mencalonkan Bupati Pasuruan.
Langkah ke kursi nomor satu di daerah kelahirannya itu memang akhirnya terhenti, namun takdir masuk dunia politik tetap dijalani hingga menjadi Ketua Partai Hanura Jatim.
Ahmad Muhdlor – Subandi
Diusung PKB sebagai partai terbesar di Sidoarjo dan mendapat dukungan Partai Nasdem dengan total 18 Kursi Parlemen, Paslon Muhdlor-Subandi memang digadang-gadang Muhaimin Iskandar, mampu mempertahankan warna hijau di pendopo Kabupaten Sidoarjo.
Tapi apakah kedua Paslon ini mampu mewujudkannya ? terlebih kekuatan PKB sekarang, kasat mata tidak lagi menyatu
seperti saat mengusung Saiful Ilah-Nur Ahmad Syaifuddin lima tahun lalu.
Di PKB Sidoarjo sekarang, terjadi friksi yang sangat keras sejak awal muncul nama-nama calon bupatinya.
Mayoritas MWC NU dan PAC PKB dan Muslimat NU , sejak awal lebih condong mengusung Paslon Achmad Amir Aslichin – Ainun Jariyah sebagai Cabup Cawabup PKB.
Sosialisasi Paslon inipun sudah gencar dilakukan, hingga akhirnya semua kandas, seiring keputusan Cak Imin menjatuhkan pilihan kepada Paslon Ahmad Muhdlor – Subandi.
Tidak gampang memang bagi seluruh pendukung Achmad Amir Aslichin- Ainun Jariyah, untuk legowo apalagi merapat ke Muhdlor-Subandi.
Ini dibuktikan tidak gebyarnya dukungan kepada salah satu putra KH Agoes Ali Masyhuri Pengasuh Ponpes Bumi Sholawat itu, saat menerima rekom maupun saat mendaftar ke KPU.
Kini Muhdlor – Subandi mempunyai PR besar, untuk bisa mengumpulkan lagi dukungan seluruh PAC PKB, MWC NU dan Muslimatnya, untuk kembali satu suara.
Muhdlor harus berani meyakinkan pihak pihak kecewa yang disebutnya sebagai riak-riak kecil, agar berbalik mendukungnya di Pilkada Sidoarjo.
Kalau Muhdlor hanya mengandalkan klaim 14 ribu relawan dan dukungan suara Subandi di Pilleg 2019 lalu, tidak Mustahil Pendopo akan berganti menjadi Garuda Raya (Gerindra) atau menjadi warna Merah (PDIP). (Abidin)