
SIDOARJO– Wilayah Sidoarjo dengan penduduk lebih dari 1,6 juta jiwa yang tersebar di 18 Kecamatan, memiliki sejarah panjang dalam perjalanan tata pemerintahannya.
Banyak peninggalan sejarah dan dan potensi kerajian turun temurun yang sudah sejak lama muncul di beberapa Desa dan kampoeng bekas wilayah kerajaan Jenggolo ini.
Taruhlah sejarah kampoeng sepatu dan Sandal yang dimulai dari perjalanan sosok warga Sidoarjo bernama Talkah pada tahun 1961 yang saat itu bekerja di tangsi Belanda.
Pada tahun itu, pembuatan Sepatu masih menggunakan lem dari tepung singkong yang biasa disebut kanji.
Perekat sepatu tersebut juga dibuat dari karet dicampur dengan bensin yang diambil dari mobil milik serdadu Belanda dan paku pelekat tumitnya yang terbuat dari bambu tusuk sate.
Sedangkan paku jeruk dari sepatu belanda diletakkan diujungnya.
Sadar akan potensi luar biasa ada usaha sepatu ini, Tahun 1948 Talkah mengajak beberapa kawannya ke Kalibutuh Surabaya untuk mengembangkan sepatu.
Hasilnya pun luar biasa, pada era 1970-1980 beberapa kawannya berhasil menjadi juragan sepatu yang berjaya pada masanya di Mojosantren Krian.
Dari data yang ada, hingga saat ini sudah berdiri 56 penegrajin sepatu sandal yang tergabung dalam koperasi sumber karya Mojosantren Krian dengan berbagai macam merek sepatu dan sandal
Selain memiliki Kampoeng sepatu, Sidoarjo juga memiliki kampoeng jajanan yang berada di Kedungsumur Krembung.
Sejarah berdirinya kampung jajanan ini bermula dari keuletan Timin pada tahun 1961 yang memulai usaha pembuatan jajanan tradisional melalui resep yang dipelajarinya dari pembuat jajanan yang ada di Pengampon Surabaya.
Seiring dengan persaingan perdagangan yang ada, Timin akhirnya memutuskan untuk membuat dan memasarkan jajaran kompyang, Roti goreng buatannya di Kedungsumur dan sekitarnya.
Melihat kelancaran usaha jajanan Timin serta pesatnya permintaan di masyarakat, akhirnya banyak warga yang meniru usahanya dengan membuat berbagai macam jajanan tradisional seperti onde onde, horok horok, kue lumpur dan lain lain. (Adv)