GEDANGAN (kabarsidoarjo.com)- Desa Sawotratap Kecamatan Gedangan Sidoarjo yang memiliki jumlah penduduk hampir 14 ribu jiwa, ternyata merupakan wilayah dengan berbagai organisasi kemasyarakat cukup beragam.

Tidak hanya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah saja yang memasyarakat dan diterima masyarakat di Desa ini, beberapa aliran Islam lain juga berdiri dan berdampingan di sini.
Diantaramya Satariyah, Jahulah, LDII, Hizbut Tahrir Indonesia, AL Qiyadah, bahkan jamaah Ahmadiyah juga berada di sini.
Dari keterangan kepala urusan kesejahteraan rakyat Desa Sawotratap H.Imam Hambali, jamaah- jamaah ini hampir tidak pernah menimbulkan gesekan dan persoalan di masyarakat.
Bahkan khusus untuk Ahmadiyah yang sekarang mendapat sorotan dari berbagai pihak, di Desa Sawotratap juga tidak terusik dan tidak pernah mendapatkan gangguan dari warga sekitar.
Dari informasi yang ada, setiap pelaksanaan hari raya Idul Qurban, masjid Ahmadiyah “MASJIDAN-NASHR” yang berada di Jl Raden Wijaya tepatnya di kawasan RW 05, cukup ramai dibanjiri warga.
“Warga sekitar malah membantu saat pelaksanaan Idul Adha, namun kalau urusan ibadah, warga tidak ikut-ikut. Dan juga warga Ahmadiyah tidak pernah memaksakan ajarannya,” terang Kaur Kesra Desa Sawotratap lagi.
Sebenarnya, jumlah penganut ajaran yang di cap sesat oleh mayoritas umat Islam ini tidak banyak, hanya satu orang warga bernama Katirin, yang rumahnya berada di kawasan RW 10.
Begitu juga saat pelaksanaan ibadah sholat jamaah maupun sholat Jum’at, minoritas ini Cuma diikuti sekitar 20 anggotanya, yang merupakan orang luar Sawotratap..
“Kita sering kali memberikan masukan kepada Katirin, agar jangan sampai menyebarkan keyakinannya kepada warga Sawotratap. Karena itu bisa menimbulkan keresahan,” ungkap Imam Hambali lagi.
Soal pendirian Masjid Ahmadiyah yang sebenarnya jarak berdirinya tidak jauh dengan Masjid Baitul Qodar milik LDII, ternyata sudah mendapatakan ijin dari jajaran pemerintahan lebih tinggi.
Dan plakat Masjid yang terpampang di sebelah barat Masjidnya, juga tertulis dua kalimat syahadat yang lazim diucapkan umat Islam.
“Kalau sepengetahuan saya, di atas mimbar, dan adzan yang dikumandangkan sama dengan umumnya. Entah itu Cuma tameng atau apa, yang jelas tidak ada perbedaan pada Adzannya,” aku Ismail warga sekitar.
Dari pantauan di lokasi Masjid An-Nashr, terlihat tidak banyak aktifitas dan jamaah yang melakukan kegiatan karena Masjidnya selalu tertutup.(Abidin)














