SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Tradisi ritual ruwatan, nampaknya tak akan pernah lekang dimakan zaman.
Pasalnya ritual khusus dalam tradisi jawa tersebut, diyakini bisa membebaskan seseorang dari pengaruh jahat dan musibah.

Seperti yang dilakukan pada sepasang anak yaitu Arum (18) dan Wahyu (11) warga desa Sukorejo Kecamatan Buduran.
Karena terlahir hanya dua orang sebagai saudara sekandung, anak pasangan Arif (48) dan Titik (45)ini harus diruwat.
Dalam istilah jawa, pasangan saudara kandung laki-laki dan perempuan ini disebut Gendhana-Gendhini.
Dalam upacara ruwatan diawali dengan pertunjukan wayang, dengan lakon Bathara Kala.
Dikisahkan, Bathara Kala adalah anak dewa Bathara Guru yang berwujud raksasa.
Oleh orang tuanya, Bathara kala hanya boleh makan manusia yang mempunyai ciri khusus.
Diantaranya, anak tunggal, saudara kandung laki perempuan dan lima saudara kandung yang semuanya laki-laki.
Menurut keyakinan jawa, sang anak bisa terbebas dari musibah dalam hidupnya jika diruwat.
Sebagai sarana pendamping, sang tuan rumah menyiapkan sejumlah makanan untuk kenduri.
Diantaranya, tumpeng, lauk-pauk, umbi-umbian, hasil bumi, serta bubur aneka warna.
Setelah sang dalang selesai melakonkan kisah Bathara Kala, dua anak yang diruwat dimandikan dengan air bunga lalu didoakan.
Bukannya air biasa, air yang digunakan untuk ritual ini diambil dari tujuh laut berbeda.
Salah satunya adalah air pantai laut selatan, yang dikenal mempunyai nilai mitos tinggi dalam budaya jawa.
Sang dalang ritual ruwatan, Ki Adenan menyatakan, saat ini budaya ruwatan sudah mengalami perubahan, sejak bersinggungan dengan ajaran islam.
“Diharapkan perubahan itu terjadi karena kearifan budaya lokal tetap bisa lestari, tanpa harus meninggalkan ajaran agama apapun yang dianut masyarakat jawa, ” terang Ki Adenan.
Namun sayang, tradisi budaya ini sudah tak lagi diminati banyak orang meski oleh orang jawa sendiri.
Hampir tiap pertunjukan wayang atau ruwatan, selalu sepi peminat.
“Kini, praktis hanya orang-orang tua, yang mau melihat tontonan budaya yang sarat nilai-nilai kearifan hidup ini, ” pungkasnya. (Arip)