JABON (kabarsidoarjo.com)- Apa jadinya proses belajar di tengah kepungan tanggul lumpur lapindo? hal itu mungkin hanya bisa dijawab oleh siswa-siswi SDN Besuki Kecamatan Jabon.
Pasalnya sejak setahun lalu, 41 siswa tersisa di sekolah ini, beraktifitas di tengah semburan lumpur panas lapindo.

Dan bisa jadi, tahun ini adalah tahun terakhir aktifitas belajar mengajar di SDN Besuki Kecamatan Jabon.
Pada tahun ajaran baru 2010 – 2011, SDN Besuki sudah tidak menerima siswa baru.
Ini karena semua warga Besuki sudah meninggalkan desanya, yang akan digunakan sebagai kolam penampungan lumpur baru. Saat ini, murid SDN Besuki dari kelas 2 sampai kelas 6 hanya 41 siswa dan ada 12 guru. Dari jumlah ini, kelas 3 hanya dihuni seorang siswa.
“Karena jumlah siswanya hanya 41 anak, guru yang mengajar dalam satu kelas bisa 2 orang, ” ujar Wiwik Wahyuni, guru SDN Besuki.
Saat ini terdapat enam ruang kelas dan satu ruang kantor di SDN Besuki, namun karena sedikitnya siswa, hanya tiga ruang kelas saja yang dipergunakan untuk proses belajar-mengajar.
Begitu pula fasilitas sekolah berupa bangku, buku, dan perlengkapan sekolah lainnya banyak yang rusak dan hilang.
Belum lagi lingkungan yang tidak sehat, setiap saat tercium bau gas menyengat dan debu dari proyek pembangunan tanggul sangat menganggu proses belajar- mengajar.
“Banyak murid yang pindah. Selain karena lingkungan yang tidak sehat juga karena para murid mengikuti orang tuanya pindah, ” imbuh Wiwik Wahyuni.
Saat ini, warga Besuki yang telah mendapat sebagian ganti rugi atas tanah dan rumahnya telah pindah disekitar Kecamatan Jabon sehingga para siswa SDN Besuki banyak yang mengikuti orang tuanya.
Sementara pihak sekolah masih menunggu pemerintah untuk proses relokasi SDN Besuki ini. (Arip)