SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Sejak kenaikan tarif rumah susun sewa sederhana (rusunawa) yang gilagilaan, satu per satu penghuni Rusunawa Pucang memilih hengkang.
Bagaimana tidak, sewa Rusunawa Pucang yang naik mulai 1 Januari 2014 lalu memang terbilang lumayan mahal.

Dari nilai sewa Rp 265 ribu perbulan, kini naik menjadi Rp 485 ribu atau kenaikan mencapai 81 persen.
Sedangkan Rusunawa Bulu Sidokare dari Rp 260 menjadi Rp 462.500 atau naik 78 persen.
Minat warga menengah bawah untuk menempati hunian vertikal di dekat Kali Pucang ini pun berkurang drastis.
Ahmad Joyo, mantan penghuni Rusunawa Pucang, mengaku kapok tinggal di apartemen kelas menengah- bawah itu.
Alasan nya, selain tarif yang sudah tidak masuk akal, fasilitas yang ada pun sudah banyak yang rusak.
“Kamar saya bocor terus. Air limbah di lantai atas menetes ke kamar saya. Makanya, saya harus siapkan timba untuk menampung air itu,” katanya.
Belum lagi rekening air yang terus membengkak, membuat penghuni rusunawa semakin kalangkabut.
Ada kerusakan meteran, tapi penghuni yang dibebani,” tuturnya.
Dari data yang ada, penghuni yang ada sekarang nggak sampai 50 persen.
Itu yang masih tinggal, menunggu masa sewanya habis.
“Mereka rata- rata sudah mencari kontrakan atau kos-kosan baru,” katanya.
Sementara itu menurut Kepala Dinas PU Cipta Karya Ir Agoes Boedi Tjahjono, untuk mengantisipasi persoalan warga penghuni Rusunawa ini, Pemkab Sidoarjo akan segera mengambil langkah startegis tepat dan cepat.
Salah satunya dengan menyiapkan regulasi baru yang mengatur penyesuaian tarif sewa yang terjangkau.
“Kita sudah bicarakan dengan bupati persoala ini. Segera akan akan solusinya,” tutur Agoes. (Abidin)














