SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Sebagai pasar agrobis terbesar yang memiliki tanggung jawab melindungi produk unggulan pertanian, peternakan dan perikanan di Jawa Timur, Puspa Agro terus meningkatkan program layanan kepada para petani peternak dan nelayan sebagai pemilik produk.
Salah satunya, dengan memaksimalkan divisi trading house Puspa Agro, sebagai program utama untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi para petani nelayan dan peternak yang ada.

Direktur Puspa Agro Abdullah Muchibuddin menyatakan, sejak beroperasi pada tahun 2014 kemarin, divisi trading house ini mampu mengembangkan nilai serapan 8 komoditas hasil pertanian peternakan dan perikanan, dengan total nilai transaksi sebesar Rp 17 miliar lebih.
“Diawali bukan Januari 2014, dengan menggandeng pihak ketiga, Puspa Agro memperoleh lisensi khusus untuk menyalurkan produk pertaian Jawa Timur ke pasar modern. Selanjutnya secara bertahap pada Juli 2014 kita melakukan kerja sama dengan Gapoktan-Gapokta di Jawa Timur, sehingga mampu meningkatkan taraf ekonomi para petani nelayan dan peternak menjadi lebih baik,” jelas Muchibuddin.
Peningkatan taraf ekonomi bagi para petani, peternak dan nelayan ini bukan tanpa dasar.
Pasalnya menurut Muchibuddin, harga yang diberikan untuk membeli seluruh hasil komoditas itu sangat bagus dan berkeadilan.
“Apalagi para petani sudah tidak perlu melakukan sortir great hasil pertaniannya maupun pusing soal pengepakannya. Seluruhnya kita yang lakukan, para petani tinggal menikmati hasil penjualan mereka secara tunai,” ungkap Muchibuddin.
Dari data yang ada, Puspa Agro saat ini sudah melakukan kerja sama dengan puluhan Gapoktan di berbagai wilayah di Jawa Timur.
Bahkan ada rencana, Puspa Agro akan membuat divisi pengolahan Coklat sendiri, dengan menggandeng para petani coklat di wilayah Blitar.
“Suplay coklat yang saat ini beredar di luar negeri, ternyata bersumber dari Indonesia khususnya wilayah Blitar. Dan ini harus kita manfaatkan betul, agar coklat tersebut bisa dikelolah di Indonesia, namun tetap memperhatikan kesejahteraan ekonomi para petani coklatnya,” tutup Muchibuddin. (Abidin)