SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Bukan rumah sakit darurat yang akan dibangun Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam menanggulangi kebutuhan BOR bagi pasien positif Covid 19, namun pemanfaatan posko di setiap desa, yang akan digeber sebagai jawabannya.
Hal ini ditegaskan langsung oleh Wakil Bupati Sidoarjo H.Subandi SH, saat melakukan tinjauan vaksinasi massal di Desa Durung Beduk Candi, Kamis (15/7/2021).
“Kita akan buat dan maksimalkan posko di setiap desa, untuk dijadikan titik isolasi mandiri bagi pasien positif covid 19. Dengan ini maka penanganan akan semakin efektif,” ujar Wabup.
Wabup yang juga ketua DPC PKB Sidoarjo ini menyatakan, beberapa desa sudah siap dengan posko itu.
Diantaranya Desa Pabean Sedati yang menyiapkan 22 tempat tidur bagi pesien covid. Termasuk beberapa desa yang sudah melakukan persiapan serupa.
“Dengan kondisi Sidoarjo yang sudah masuk zona hitam covid-19, maka memang harus ada upaya ekstra dalam penangananya,” terangnya.
Sementara itu ketua komisi D DPRD Sidoarjo Damroni Chudlori menyambut baik adanya posko di setiap desa untuk menanggulangi banyaknya pasien covid-19 saat ini.
Damroni juga berharap, Posko-posko itu akan menyiapkan berbagai kebutuhan pasien covid, baik itu kebutuhan tenaga medis, suplai makanan, vitamin, obat-obatan hingga kebutuhan oksigen.
“Posko ini akan berjalan efektif jika seluruh kebutuhan penunjangnya terpenuhi. Dan saya harap pihak desa mensuport penuh dengan menyiapkan backup anggarannya,” ulas Damroni.
Seperti diketahui, saat ini hampir tiap jam di wilayah Kabupaten Sidoarjo, pengumuman kematian akibat terpapar virus covid-19 terus berkumandang di masjid-masjid.
Dengan kondisi yang memprihatinkan seperti ini, Wakil rakyat di gedung dewan juga bergerak cepat dengan menghidupkan lagi gerak Panja Covid-19 dan memanggil eksekutif untuk mencari jalan keluar.
M.Dayat Ketua Panja Covid-19 DPRD Sidoarjo dari F PDIP saat ditemui di gedung dewan, meminta segera ada kebijakan ekstra yang harus dibuat Pemkab, untuk bisa meredam kondisi darurat covid-19 saat ini.
Menurut Dayat, tiap hari dirinya mendengar dan melihat sendiri banyak warga yang meninggal akibat virus ini.
Baik itu meninggal saat perawatan di rumah sakit, maupun meninggal di rumah ketika melakukan Isoman.
Bahkan yang membuat dirinya merasa sangat prihatin, banyak sekali warga yang kesulitan mendapatkan layanan di rumah sakit rujukan, karena sudah penuhnya kapasitas yang ada.
Akibatnya, pasien yang mestinya mendapat perawatan itu, terpaksa harus isoman di rumah, tanpa pengawasan bahkan tanpa pengobatan yang memadai.
“Kita sangat prihatin dan mendesak kepada eksekutif untuk melakukan langkah esktra, untuk menangani pasien-pasien baru yang terpaksa Isoman di rumah ini. Kita dorong agar segera ada RS Darurat, dan ada tim yang turut mensuplai kebutuhan pasien Isoman di rumah. Dan yang paling penting juga, jika ada pasien Isoman yang sampai meninggal, harus ada petugas pemularasan yang sudah disiapkan,” tutur Dayat. (Abidin)