SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Tingginya angka pasien covid-19 di Sidoarjo yang berujung pada peningkatan pasien kematian di rumah sakit, mendorong perlu adanya kesiapan petugas pemulasaran khususnya petugas perempuan.
Hal ini mengaca pada wafatnya ibunda H.Khulaim Junaedi di rumah sakit umum daerah Sidoarjo, yang tidak mendapatkan petugas untuk memandikan jenasah hingga proses pemulasaran.
“Kalau tidak saya bersama istri yang memandikan almarhum ibu, saya kira proses untuk mengubur jenasah beliau masih butuh waktu lama karena masih di rumah sakit. Pengalaman ini saya kira menjadi pelajaran, bahwa harus ada petugas atau mudin khusus perempuan di rumah sakit, yang bertugas mengurusi jenasah perempuan, dalam kondisi Pandemi saat ini,” jelas Khulaim Junaedi.
Masih menurut Khulaim, secara hukum syar’i, yang memandikan jenasah perempuan, hukumnya wajib juga di rawat oleh petugas perempuan.
“Jangan sampai jenasah perempuan di rawat dan dimandikan oleh petugas laki-laki, itu haram hukumnya,” ungkap Khulaim lagi.
Karenanya, dirinya meminta kepada pemerintah daerah khususnya pihak rumah sakit daerah, harus segera membuat protap petugas yang merawat jenasah pasien covid-19 sesuai dengan gender nya.
“Karena saya yakin, masih belum ada petugas perempuan yang khusus untuk merawat jenasah perempuan covid-19 di rumah sakit. Ini harus segera dipikirkan,” pinta Khulaim.
Selain itu, anggota DPRD Sidoarjo ini juga meminta, untuk penanganan pasien covid-19 di rumah sakit, harus sesuai dengan kondisi usia pasien.
“Jangan sampai protapnya disamakan antara pasien usia muda dan usia tua, karena kondisi fisik pasien ini tidak sama dalam menerima obat yang dimasukkan ke dalam tubuh,” ujar Khulaim. (Abidin)