SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)-Hidup dalam keterbatasan fisik, tidaklah menjadi halangan untuk seseorang menjadi lebih baik dan maju.
Seperti yang dilakoni Wawan, seorang penyandang cacat yang menekuni hidupnya dengan jualan bumbu dapur keliling.

Meski kondisi fisiknya tidak normal dan bersandar pada sebuah kursi roda, Wawan tetap berusaha dan berjuang untuk mempertahankan hidup.
Wawan, penderita kekurangan fisik alias cacat bawaan dari lahir, kedua kakinya mengecil dan tak berfungsi sama sekali.
Pria 37 tahun asal dusun Cangguh Kabupaten Mojokerto ini meninggalkan Desa kelahiranya karena tuntutan hidup yang kian hari makin tinggi.
Dalam keseharianya Wawan, menjajakan barang daganganya dengan menggunakan kursi roda yang sudah usang dan reot.
Setiap hari, penghasilan kotor perhari Wawan dari berjualan bumbu dapur keliling ini berkisar Rp 50 hingga Rp 100 ribu.
Menurut Wawan, hidup dengan kekurangan fisik bukanlah menjadi halangan untuk seseorang menjadi malas bekerja.
Menjadi penjual keliling dianggapnya lebih mulia daripada hidup berpangku tangan menanti belas kasihan seseorang.
Dirinya juga tidak mau menjadi peminta- minta dijalanan karena menurutnya berjualan lebih bermartabat dari seorang pengemis.
“Saya tidak akan pernah putus asa dengan kondisi fisik seperti ini, keadaan ini harus disyukuri karena merupakan pemberian sang pencipta, ” tutur bapak satu anak ini.
Saat ini Wawan tinggal bersama istrinya Siti (33) dirumah kos dengan ukuran 3 x 3 meter di daerah Bungurasih Timur.
Sedangkan putri semata wayangnya dititipkan di desa di Mojokerto.
Setiap hari Wawan dibantu istrinya membungkusi barang daganganya untuk dijual.
Wawan setiap harinya berjualan mengelilingi Bungurasih Waru hingga Aloha Gedangan.
Di hari penyandang cacat Internasional yang jatuh tepat pada hari Sabtu ini (03/12/2011) dirinya mengungkapkan tidak pernah menerima bantuan BLT (bantuan langsung tunai) dari pemerintah.
“Saya tidak pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah, dan saya juga tidak akan mengharapkan karena saya masih bisa berusaha dan bekerja, ” imbuhnya.
Menurutnya daripada menungu ketidakpastian, dirinya memutuskan untuk merantau di Surabaya dengan berjualan bumbu dapur keliling. (Arip)