
SIDOARJO– Ancaman berkurangnya persediaan air pada masa depan yang disebabkan semakin minimnya lahan terbuka serta besarnya eksploitasi air bersih secara besar besaran, mendorong Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melakukan upaya pelestarian air bersih dengan metode memanen air hujan.
Metode yang di perkenalkan dalam acara seminar sehari memanen air hujan di Convesion Hall Hotel Sun City Rabu (28/10) ini, diikuti hampir seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Wakil Bupati Sidoarjo Saiful Ilah dalam sambutannya menegaskan, penyediaan air bersih saat ini sangat diperlukan meskipun wilayah Sidoarjo tidak pernah terjadi kondisi ektrim kering atau ekstrim basah hingga menyebabkan banjir.
“Kita tidak ingin wilayah Sidoarjo mengalami krisis kemarau atau kebanjiran saat musim hujan. Untuk itu dengan metode memanen air hujan ini bisa menjadi solusi penyediaan air bersih,” tukasnya.
Selain metode memanen air hujan, dalam seminar ini juga di kenalkan metode biopori yakni satu metode penyepatan serapan air ke dalam tanah yang mampu meminimalisir laju air ke laut yang bisa menyebabkan banjir saat musim penghujan.
“Selain itu, metode ini mampu mengurasi resiko endemi penyakit menular serta mengurangi volume timbunan sampah,” tukas Dr Ir Agus Maroyono selaku pembicara.
Sementara itu untuk metode penampung air hujan yang di gunakan untuk memanen air, ada beberapa cara yang bisa digunakan. Diantaranya dengan kolam pengumpul air hujan, sumur resapan, parit resapan, tanggul pekarangan serta beberapa metode air yang cara kerjanya dengan mengumpulkan air hujan dalam satu wadah.
“Metode metode ini sudah banyak di lakukan di beberapa wilayah pedesaan, dan hsilnya juga cukup lumayan untuk persediaan air,” tukas pria yang juga menjabat sebaga Direktur Magister system teknik UGM Yogyakarta ini. (Abidin)














