
KRIAN– Buruknya Instalasi Pengolahan Air Limba (IPAL) dan lingkungan Rumah Potong Hewan (RPH) Krian, ternyata klop dengan sistem manajemennya yang amburadul.
Ini dibuktikan langsung komisi C DPRD Sidoarjo yang langsung melakukan inspeksi di RPH ini beberapa waktu lalu.
Menurut salah satu anggota Komisi C DPRD Sidoarjo Suhariono yang turut dalam Sidak ini , jika dilihat kondisi bangunannya, sebenarnya RPH Krian masih cukup layak digunakan.
Namun amburadulnya manajemen yang ada, membuat RPH ini terlihat memprihatinkan.
“Bangunan RPH Krian sebenarnya masih cukup layak dan lokasinya cukup strategis.
Namun buruknya pengelolaan manajemen di RPH ini, yang membuat kondisinya cukup memprihatinkan,” terang Suhariono
Masih menurut pria yang di gadang gadang sebagai ketua Banleg DPRD Sidoarjo ini, salah satu contoh bruruknya sisitem manajemen itu adalah kuatnya dominasi para tukang jagal hewan daripada petugas RPH yang ada.
“Ketika para penjagal ini sedikit melakukan intimidasi, maka petugas yang ada memilih untuk diam,” terangnya.
Sementara itu, menurut ketua Komisi C Nur Ahmad Syaifuddin. Murahnya pembayaran jagal hewan di RPH ini, juga salah satu bukti penataan manajemen yang kurang bagus.
“Bagaimana bisa harga potong satu ekor sapi hanya sebesar Rp 13 ribu hingga 16 ribu. Padahal mestinya harga potong itu sama dengan harga 1 kg daging sekitar Rp 40 ribu,” tukas Nur Ahmad.
Untuk itu, menurut pria yang juga menjabat sebagai Wakil ketua FKB ini, komisi C akan segera menggelar rapat untuk membahas persoalan ini.
“Rekomendasi kita masih akan kita bahas dalam rapat komisi nanti. Namun yang jelas, soal relokasi RPH ini perlu pendalaman lebih lanjut,” tukasnya.(Abidin)














