SIDOARJO (kabarsidoarjo.com)- Program Tes Swab atau Rapid Test yang diberikan secara gratis oleh Pemkab Sidoarjo untuk warganya yang ‘nyantri’ di berbagai Pondok Pesantren di luar wilayah kota delta, ternyata tidak maksimal pelaksanaannya di lapangan.
Para santri, justru mengaku kesulitan mengaksesnya.
Salah satunya adalah Chaiz al Jinani, Warga desa Sumput kecamatan Sidoarjo itu mengaku kesulitan mengakses layanan tersebut.
Disebutkannya, putranya yang nyantri di Ponpes Darul Bahrul Ulum itu diharuskan kembali ke ponpes yang berlokasi di Tambak Beras Jombang pada Minggu lusa.
“Karena itu tadi pagi, saya dan anak ke Puskesmas Sidoarjo,” sebutnya.
Ia ditolak lantaran pihak Puskesmas mensyaratkan para calon penerima manfaat program itu, untuk lebih dulu mendaftarkan diri secara online sehari sebelumnya.
“Padahal di posternya nggak disebutkan seperti itu. Pas saya mau daftar online, ternyata kuotanya sudah habis,” keluh bapak dari Caezar Alam Akbar itu.
Bukan hanya itu, ada kasus lain di Waru yang menimpa salah seorang teman se-Ponpes putranya. Dimana pihak Puskesmas setempat meminta santri yang datang juga menyerahkan fotocopy Kartu Keluarga (KK).
Ungkap senada juga disampaikan Ali Subchan, warga Buduran.
Saat berusaha mendaftarkan nama putra dan juga para keponakannya secara online, ternyata sudah tutup karena pihak Puskesmas setempat hanya membagi kuota untuk 15 santri saja setiap harinya.
“Kalau niat bikin program seperti ini mestinya disiapkan juga tenaga kesehatannya supaya bisa melayani santri sebanyak-banyaknya. Kalau gini caranya, sepertinya kami cuma di-prank saja sama Gus Muhdlor (Bupati Sidoarjo, Achmad Muhdlor Ali-red),” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo, drg. Syaf Satriawarman yang dihubungi pada Jumat (21/05/2021) siang, mengatakan program ini dibuat khusus untuk santri yang saat ini tengah liburan Lebaran di rumahnya masing-masing dan bersiap kembali ke pondoknya masing-masing.
Untuk mendapatkan layanan cuma-cuma ini, mereka bisa langsung datang ke Puskesmas terdekat.
“Cukup perlihatkan kartu santri dan akan langsung di swab,” jelasnya.
Namun pihaknya membatasi sampai maksimal 50 orang saja setiap harinya di tiap-tiap fasilitas kesehatan yang ditunjuk.(Abidin)